Keberhasilan da’wah Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam dapat disimpulkan sebagai keberhasilan pendidikan yang gilang gemilang dan merupakan tugas dan tanggungjawab kenabian yang diamanahkan atas beliau. Betapa tidak, dari kondisi umat yang yang jahiliyyah dan ummi dapat berubah menjadi khair al-ummah hanya dalam kurun waktu yang terbilang singkat, yaitu 23 tahun mengacu pada masa beliau diangkat menjadi Nabi hingga beliau wafat. Bahkan dengan gagah beraninya peradaban yang baru tumbuh itu menantang hegemoni dua negara adikuasa saat itu, yaitui Persia dan Romawi bahkan berkonfrontasi dengan keduanya. Hasilnya, dua imperium raksasa tersebut keok dibawah kekuatan bangsa Arab yang kala itu baru saja keluar dari kubangan jahiliyah dan kesyirikan.
Tentu hal ini bukanlah isapan jempol belaka tetapi fakta sejarah yang dengan sangat gamblang dan bisa kita telusuri jejak-jejaknya. Ada sesuatu yang luar biasa dari beliau dalam mendidik para sahabat yang semula hanyalah masyarakat padang pasir yang berprofesi sebagai pedagang dan petani, namun secara mengejutkan membawa perubahan wajah sejarah dunia dalam sekejab. Diantara hal luar biasa itu adalah kehebatan metode pendidikan beliau yang tepat dan akurat, terukur dan terarah.
Jika kondisi umat hari ini sedang mengalami kemunduran terutama dalam hal moral, maka tentu dunia pendidikan adalah yang aspek yang paling disorot. Jika kualitas generasi islam tidak cukup kokoh untuk membawa nama harum islam pada hari ini, maka sudah pasti yang disorot adalah kualitas pendidikan yang membentuk mereka, kualitas guru yang mendidik mereka, keefektifan kurikulum yang digunakan, bahkan disorot pula metode pendidikan yang diterapkan dalam pendidikan mereka.
Maka sudah seyogyanya keberhasilan pendidikan Nabi dimasa dahulu dibuka kembali untuk diambil formulanya agar keberhasilan masa itu menjadi keberhasilan masa ini juga. Karena sudah menjadi bagian dari akidah islam bahwa mencontoh Nabi adalah jalan terbaik meraih kejayaan islam. Bila keyakinan ini masih bermasalah dan dipermasalahkan, artinya kebangkitan itu masih hanyalah angan-angan dan jauh panggang dari apa. Racun narasi-narasi yang dihembuskan entah oleh siapa bahwa umat islam tidak mampu move on dari masa lalu bahkan asyik terus bernostalgia dengan sejarah, bahwa pendidikan islam selalu mengajak generasi mereka melihat kebelakang, bahwa sejarah kebesaran masa lalu umat islam telah mengungkung mereka; adalah kanker pemikiran yang sangat akut menjangkiti pemikiran umat.
Namun bila kita sudah bulat bersepakat bahwa para sahabat adalah generasi terbaik sepanjang masa, maka konsekuensinya adalah kita juga mengakui kehebatan kurikulum dan metode yang digunakan Nabi untuk mendidik mereka. Karena sesungguhnya cara terbaik mengukur sejauh mana kualitas seorang pendidik adalah dengan melihat hasil yang diperoleh murid-muridnya. Dan jika kita bersandar kepada prinsip ini, tentu kita akan mengetahui bahwa Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pendidik dan pengajar terbaik. Murid-murid hasil pendidikan Beliau disanjung dan disebut oleh Allah Azza wa Jalla dengan sebaik-baik sebutan,
“Kalian adalah sebaik-baik umat” (QS. Ali Imran: 110)
Dan ini tidak bisa disangkal adalah pujian tertinggi dan pengakuan terhebat tentang guru dan muridnya.
Fokus pendidikan Nabi diawal dakwah islam adalah beliau mengkonsentrasikan kepada pengajaran akidah yang benar dan tazkiyah al-nafs, kemudian setelah itu keseimbangan dalam ilmu dan amal, mengajarkan ilmu dan dakwah, menjaga kesehatan jasmani dan akal serta bijaksana dalam menyikapi problem.
Ayat yang menjadi visi dan misi nubuwah sejatinya adalah visi dan misi pendidikan itu sendiri karena Nabi Shallalahu alihi wa sallam selalu memposisikan sebagai seorang guru sebagaimana dalam hadits,
إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِى مُعَنِّتًا وَلاَ مُتَعَنِّتًا وَلَكِنْ بَعَثَنِى مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا
“Sesungguhnya Allah tidak mengutusku menjadi orang yang mempersulit (masalah) dan orang yang mencari-cari kesulitan, tetapi sebagai guru yang memudahkan.” (HR.Muslim)
Maka jika Nabi adalah guru, maka tugas guru sejatinya adalah adopsi dari tugas nabi dan visi misi pendidikan adalah adopsi dari visi misi nubuwah. Visi dan misi nubuwah ternyata bukanlah hal yang dirumuskan Nabi tetapi merupakan petunjuk dan wahyu dari Allah. Artinya Nabi hanyalah pelaksana tugas sehingga beliau diharuskan tunduk dan aptuh dengan panduan tersebut. Ayat-ayat yang menegaskan hal tersebut adalah ;
هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلْأُمِّيِّنَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ [الجمعة:2].
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (QS. Al Jumu’ah: 2)
كَمَآ أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِّنكُمْ يَتْلُوا عَلَيْكُمْ ءَايَٰتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمْ تَكُونُوا۟ تَعْلَمُونَ
“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS.Al Baqarah: 151)
Semua rumusan dakwah dan pendidikan beliau bersifat rabbaniyah, syumuliah dan integral. Jika ada yang beliau lakukan tidak bersesuaian dengan kehendak Allah pasti turun teguran dari Allah. Jika beliau mengalami kebuntuan masalah sementara umat membutuhkan solusinya, maka Allah akan menurunkan wahyu-Nya. Maka diatas inilah keyakinan kita dibangun, bahwa ilmu beliau adalah ilmu terbaik, metode dakwah beliau yang metode dakwah terbaik dancara beliau memdidik para sahabat adalah metode terbaik karena itu semua dibawah arahan dan bimbingan Allah subhanahu wa ta’ala. Masihkan ada keraguan dengan itu?.
Ust. Rofiq Hidayat, Lc