Kain sarung bersama jaket tua yang robek nampak lusuh berlumuran darah. Teriknya matahari membakar setiap keringat rakyat untuk berlari memanggul bambu runcing dan sangkur senjata untuk dapat segera merebut hari merdeka. Setiap jiwa berjalan gagah perwira menuju kebebasan dari segala penindasan. Lalu akankah kita mundur dari medan laga perjuangan seraya mengucap “selamat tinggal perjuangan”. Demikian mengutip syair-syair Taufik Ismail yang diabadikan dalam memoar buku Tirani dan Benteng, kumpulan syair-sya`ir perjuangan.
Bertepatan hari libur santri, Ahad 22 Oktober 2023 kemarin terulang kembali akan heroik hari bersejarah perjuangan para kyai dan kaum santri. Peringatan hari santri nasional yang mengusung tema semangat “Jihad Santri Jayakan Negeri”, pun menggerakkan syi`ar untuk menumbuhkan jiwa-jiwa kesadaran para santri untuk tidak pernah lelah dan menyerah melanjutkan perjuangan. Terutama untuk setiap santri saat ini dalam hal kesungguhan dan totalitas belajar. Agar nantinya dalam kiprah pengabdian akan mampu memberikan dampak kemanfaatan yang nyata dirasakan ummat. Pengabdian yang tulus bahu-membahu membangun negeri sesuai dengan peran dan kemampuanya.
Setiap santri nantinya harus terus tumbuh sadar dan mampu memberikan pengaruh yang lebih baik di setiap circle-lingkunganya dan disetiap jengkal tanah dimana ia berpijak berdakwah. Mengajarkan setiap ilmu yang telah didapat karena disanalah ada tanggung jawab akan syi`ar dakwah untuk menguatkan perjuangan keimanan. Menjaga akan tinggi dan mulianya kalimat tauhid yang akan diperjuangkan hingga ajal bertemu liang lahat.
“Hari Santri, ayo kibarkan semangat Jihad Santri Jayakan Negeri, Takbir… Allahu Akbar”, ucap serentak beberapa anak santri asal Nusa Tenggara Timur di Pesantren Al-Itqan, yang siang itu tengah asyik menikmati hari libur Ahad, bertepatan dengan hari santri 22 Oktober 2023.
Momen hari santri adalah saksi bersejarah yang akan menggugah semangat dan membakar pesan kepedulian untuk lebih luas memberikan kemanfaatan. Sebagaimana merujuk kisah heroik cikal bakal lahirnya hari santri dengan fatwa yang dikeluarkan Kyai Hasyim Asy`ari pada 22 Oktober 1945 masa itu untuk melawan setiap kolonialisme penjajahan. Resolusi yang berisi seruan kewajiban berjihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan-tangan tirani penjajah, hingga pada saat puncaknya berkobar perlawanan 10 November 1945, yang kemudian diperingati sebagai hari Pahlawan.
Jiwa, watak dan visi misi santri haruslah mencerminkan sikap perilaku anti penjajah dan penjajahan dengan segala dimensinya. Sebagaimana para penduhulunya yang garang berani mengusir tirani penjajah. Bersikap tanggung jawab dan tangguh dalam mengarungi riak-riak ombak ujian telah menempa hari-hari para santri adalah maksud untuk terbentuknya proses tarbiyah rabbani yang diharapkan. Nilai-nilai syar`I untuk pembekalan menjadi para da`I dan guru harapan terus disempurnakan karena zaman memang terus berubah. Tapi dengan jiwa santri dan pesantren yang khas dengan budi pekerti, nilai-nilai tarbiyah dan sistem nilai-nilai yang luhur diharapkan mampu mengawal setiap harapan keberhasilan dan mencetak mental-mental generasi muda santri saat ini yang kokoh.
Begitu juga pesantren mampu menjadi role model pendidikan unggulan dan mempunyai nilai juang tinggi sebagai uswah hasanah ditengah-tengah masyarakat nantinya. Karena tak berlebihan jika masyarakat hari ini banyak berminat memasukkan anaknya menjadi santri di pesantren dan tidak memandang remeh lagi “menomorduakan” pesantren alias menjadikanya pilihan terakhir.
Kembali lagi dengan terjalnya lika-liku perlawanan perjuangan melawan penjajah zaman itu mengingatkan derita kejamnya penjajah terhadap rakyat tanah air dengan segala nista biadabnya. Hari-hari yang berkecamuk penuh lumuran darah tertumpah dan hanya dengan niat suci beserta pengorbanan yang tulus para pejuang-pejuang pahlawan kemerdekaan hari itu deru suara kaki-kaki penjajah itu tertumpas menyerah.
Langkah penjajah yang dibuat kocar-kacir tunggang langgang mengisyaratkan akan sucinya hati para pejuang santri dan kyai masa itu yang berjuang tanpa pamrih dengan segala karunia, kuasa dan rahmatNya yang mengiringi setiap langkah gerak mereka zaman itu. Bersama rahmat kuasa ilahi setiap kebatilan-kebatilan itu lenyap dengan diseru terangnya cahaya kebenaran dg sekeras-kerasnya kalimat tauhid. Teriakan pekik takbir seantero tanah air telah memompa perjuangan santri sebagai panggilan suci nan sunyi. Biarlah bersama sang pemilik langit setiap langkah perjuangan itu diridhoi. Jihad Santri Jayakan Negeri.