sabar-dalam-menuntut-ilmu-syari

Sabar Dalam Menuntut Ilmu Syar`i

Bagi penuntut ilmu syar`i kesabaran adalah sesuatu yang mutlak harus dimiliki oleh mereka, tanpa kesabaran maka mereka tak akan bisa mendalami ilmu syar`i, karena mempelajari ilmu syar`i dituntut harus tekun dan bersungguh-sungguh. Imam Syafi`i berkata:

أخي لن تنال العلم إلا بستة سأنبيك عن تفصيلها ببيان: ذكاء و حرص واجتهاد و بلغة و صحبة أستاذ وطول الزمان

Artinya: “ wahai saudaraku ketahuilah sesungguhnya engkau tidak akan bisa mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara yang akan saya beritahukan kepadamu : kecerdasan, semangat, sungguh-sungguh, bersahabat (belajar/mulazamah) dengan ustadz, dan membutuhkan waktu yang lama.”

Kalau kita perhatikan dari perkataan imam Syafi`i, enam hal ini yang di butuhkan dalam menuntut ilmu semuanya membutuhkan kesabaran, contoh kecerdasan, kecerdasan otak seseorang akan terus meningkat apabila dia selalu mengasahnya dengan menghafal atau mempelajari banyak hal.

Imam Sa`duddin at Taftazani dimasa ia menuntut ilmu ia dikenal dengan murid yang bebal dan sangat sulit memahami pelajaran akan tetapi ia sangat tekun dan bersungguh-sungguh belajar dan menghadiri majlis ilmu, dengan kesabaran dan ketekunannya ini akhirnya Allah ta`ala memfutuh atau dibukakan pemahaman ilmu kepadanya sehingga ia menjadi ulama terkenal yang menghasilkan berbagai karya, seperti; kitab al-Ni`am al-Sawabigh (linguistik), syarh al-`Aqaid (akidah), dan Tahzib al-Mantiq wal  Kalam (mantik) dan bahkan  kitab tahzib ini di kaji dan menjadi kitab muqorror di Universitas Al-Azhar, Mesir.

Kisahnya yang masyhur dan menjadi kunci kecerdasan imam At-Taftazni yaitu pada suatu hari dalam perenungannya atas kebebalan yang ia miliki, ia pun tertidur dan bermimpi di datangi seorang lelaki yang sama sekali tidak ia ketahui, lelaki itu berkata: “ berdirilah wahai sa`duddin, ikut aku pergi ke suatu tempat” ia pun menjawab “ pergi kemana? Kaki ku tidak diciptakan untuk jalan-jalan, aku tidak memiliki ilmu sama sekali, lalu bagaimana dengan muthola`ah dan belajarku bila aku ikut denganmu?” lelaki itupun pergi meninggalkannya. Tak berselang lama lelaki itu datang kembali dan mengatakan hal yang sama, dan Sa`duddin pun menjawab seperti sebelumnya.  Kejadian ini berulang sampai 3 kali, namun akhirnya lelaki ini berkata “ Rasulullah saw memanggilmu” ia pun terkejut dan bergegas menemui Rasulullah saw, Rasulullah memberikannya kurma (ada juga yang mengatakan Rasul meludahi mulutnya) kemudian Sa`duddin pun memakan kurma tersebut.  Ketika bangun dari tidur semua tulisan menjadi mudah baginya, seakan-akan tembok yang selama ini menghalanginya telah runtuh. Semenjak malam itu Sa`duddin kecil berubah menjadi muhaqqiq hebat, bukunya Syarh Tasriful `izzi menjadi saksi perubahannya ia menuliskannya di usinya yang masih 16 tahun.

Dari imam Taftazani kita belajar bahwa setiap manusia dilahirkan tidak berilmu, Allah ta`ala berfirman:

هو الذي أخركم من بطون أمهاتكم لا تعلمون شيئا

Artinya: “Dialah Allah yang mengeluarkanmu dari perut ibumu dan kamu tidak mengetahui apapun”

Kebodohan inilah yang memicu keingintahuan kita dan semangat belajar, maka kita sudah sewajarnya di tuntut untuk bersabar dan tekun dalam menuntut ilmu terkhusus ilmu syar`i. Hingga sang pemilik ilmu memberikan setitik ilmunya kepada kita

واتقوا الله و يعلمكم الله

Artinya “ bertakwalah kepada Allah niscaya Allah akan mengajarkanmu”

Jangan malu jika terkadang sulit memahami suatu ilmu, jangan malu ketika tutur kata kita sulit dicerna oleh orang lain, teruslah belajar, sabar, sungguh-sungguh hingga Allah bukakan pintu-pintu yang terkunci dan mengurai semua simpul-simpul kesulitan.

اللهم افتح علينا فتوح العارفين

Waallahu a`lam bishowab.

Oleh: Alfath Syamsuna, Lc

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *